Setiap tanggal 1 sampai 10 Muharram, masyarakat Bengkulu memiliki satu upacara unik yang selalu diselenggarakan untuk menyambut Tahun Baru Islam, yaitu Festival Tabot atau Festival Tabut.
Perayaan yang satu ini sangat unik karena mirip dengan upacara Karbala di Iran. Mulai dari agenda acara sampai dengan tujuan penyelenggaraannya. Kedua upacara ini memiliki tujuan yang sama, yaitu mengenang kematian dari Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW.
Perayaan ini mempunyai kaitan yang erat dengan mitos kisah kepahlawanan Husain melawan kaum Khawarij di Padang Karbala. Menurut cerita dan sejarah, Husain kalah dan gugur dalam pertempuran di Karbala dengan tangan dan kepala yang terpisah dari badan. Ketika tubuh Husain ditemukan kembali oleh para pengikutnya, tubuhnya diangkat oleh sebuah bangunan yang muncul secara tiba-tiba. Menurut cerita dan sejarah, bangunan yang dimaksud tampak sangat menawan dan indah.
Pada peristiwa tersebut tiba-tiba terdengar suara yang menyuruh para pengikut Husain untuk membuat bangunan yang sama setiap sepuluh hari dalam bulan Muharram untuk mengenang kematian para pejuang yang gugur di Padang Karbala. Bangunan indah yang membawa jenazah Husain itu kemudian disebut Tabut atau Tabot. Sejak saat itu perayaan Tabut dilaksanakan setiap tahun selama 10 hari dalam bulan Muharram oleh umat muslim di dunia, salah satunya di Bengkulu. Perayaan ini sampai di Bengkulu dibawa oleh para penyebar agama Islam dari Punjab, India pada masa penjajahan Inggris.
Tabot yang digunakan dalam upacara ini berupa suatu bangunan bertingkat-tingkat seperti menara masjid, dengan ukuran yang beragam dan berhiaskan lapisan kertas warna warni. Masyarakat Bengkulu percaya jika perayaan ini tidak diselenggarakan maka akan terjadi musibah atau bencana. Oleh karena itu, Festival Tabot selalu diselenggarakan dengan serangkaian kegiatan yang bersifat ritual dan kolosal yang berlangsung dari tanggal 1—10 Muharam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar